Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari
Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. travel umroh plus turki Bekasi Timur
Elda Kembali Dihadirkan di Sidang Suap Maria Elisabeth
Komisaris PT Radina Bio Adicita, Elda Devianne Adiningrat, telah dijadwalkan akan bersaksi terkait dalam kasus pengurusan impor daging sapi di Kementerian Pertanian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Elda juga akan bersaksi ihwal suap terdakwa Direktur PT Indoguna Utama, Utama Maria Elisabeth Liman kepada mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.
"Saksi Elda," kata pengacara Maria Elisabeth, Denny Kailimang, saat dikonfirmasi, Selasa (18/3/2014).
Bersama Elda, jaksa penuntut umum KPK juga telah memanggil Jery Roger selaku anak buah Elda, dan Juard Effendi dan Suharyono. "Mereka juga akan dimintai keterangannya sebagai saksi dalam persidangan," sambungnya.
Dalam kasus ini, KPK juga menetapkan mantan Presiden Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq, sebagai tersangka penerima suap dan pencucian uang kasus impor daging sapi di Kementerian Pertanian. Bersama Ahmad Fathanah yang juga berstatus tersangka penerima suap dan pencucian uang impor daging sapi, Luthfi diduga menerima Rp1 miliar dari PT Indoguna Utama
KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.
Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.
“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”
Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.