MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISTA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

Daftar Haji Onh Plus Paket Ongkos Biaya Murah

Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari

Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. travel haji Pangandaran

saco-indonesia.com, Dirusaknya Satlantas di Jalan Trunojoyo dan Bundaran Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Jaksel) oleh sekelompok orang yang tak dikenal, telah membuktikan bahwa wibawa polisi merosot di titik terendah.

"Memang (wibawa polisi tengah merosot) yang telah menjaga pos kepolisian itu kan polisi dan itu simbol kenegaraan. Memang tren pos polisi di serang marak, lantaran penindakannya yang tidak tuntas," kata pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar, Senin (10/2/2014).

Dia juga memprediksi, jika Polri tak mengungkap kasus ini hingga ke akarnya, maka bukan mustahil peristiwa serupa akan dapat terulang. "Saya harap ini kejadian yang terakhir. Jadi polri juga harus mencari sekuat mungkin siapa pelakunya dan menindak tegas, hukum seberat-beratnya,"singkatnya.

Polisi juga akan terus mengusut kasus kasus perusakan terhadap dua Pos Pol Satlantas di Jakarta Selatan (Jaksel). Saat ini telah ada lima saksi yang diperiksa, yaitu Sumiati (18), Topan Saputra (17), Juleha (20), Tari (18), Taunah (66).

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto juga menuturkan, pelaku perusakan dua Pos Pol Satlantas telah memiliki ciri-ciri berambut cepak.

Kejadian bermula dari perempatan Kuningan pukul 22.30 malam WIB, saat anggota lantas telah menghentikan arus lalin karena akan lewat rombongan Wapres. Kemudian ada pengendara sepeda motor berambut cepak berboncengan nyelonong kemudian dihentikan anggota lantas (lalu-lintas).

Setelah dijelaskan kemudian yang bonceng turun memukul anggota lantas hingga jatuh. Rekan anggota lantas lainnya yang tidak jauh dari lokasi mendatangi pembonceng tersebut untuk melerai.

Malah dipukul di wajah kemudian dibalas dan saling akhirnya saling pukul. Saat itu juga anggota lantas yang pertama berkelahi dengan yang mengendarai motor. Kondisi seperti itu Danton Lantas Ipda Kardi datang melerai dan membubarkan.

Dijelaskannya, sang pengendara motor tersebut juga sempat mengutarakan kecaman kepada anggota lantas. "Saat itu pembonceng mengatakan Awas kamu! Saya tidak terima, tunggu saya, saya akan datang dengan pasukan," papar Rikwanto.


Editor : Dian Sukmawati

POS POL DIRUSAK, BUKTI WIBAWA POLRI MEROSOT DI TITIK TERENDAH

WASHINGTON — During a training course on defending against knife attacks, a young Salt Lake City police officer asked a question: “How close can somebody get to me before I’m justified in using deadly force?”

Dennis Tueller, the instructor in that class more than three decades ago, decided to find out. In the fall of 1982, he performed a rudimentary series of tests and concluded that an armed attacker who bolted toward an officer could clear 21 feet in the time it took most officers to draw, aim and fire their weapon.

The next spring, Mr. Tueller published his findings in SWAT magazine and transformed police training in the United States. The “21-foot rule” became dogma. It has been taught in police academies around the country, accepted by courts and cited by officers to justify countless shootings, including recent episodes involving a homeless woodcarver in Seattle and a schizophrenic woman in San Francisco.

Now, amid the largest national debate over policing since the 1991 beating of Rodney King in Los Angeles, a small but vocal set of law enforcement officials are calling for a rethinking of the 21-foot rule and other axioms that have emphasized how to use force, not how to avoid it. Several big-city police departments are already re-examining when officers should chase people or draw their guns and when they should back away, wait or try to defuse the situation

Police Rethink Long Tradition on Using Force

Artikel lainnya »