Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari
Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. paket umroh november di Jakarta Timur
TEMPAT WISATA SUNGAI MUSI
Sungai Musi telah mempunyai panjang 750 km dan juga merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sejak masa Kerajaan Sriwijaya, sungai Musi ini telah terkenal sebagai sarana transportasi utama masyarakat. Di tepi Sungai Musi juga terdapat Pelabuhan Boom Baru dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Sungai Musi telah membelah Kota Palembang menjadi 2 bagian. Seberang Ilir di bagian Utara dan seberang Ulu di bagian Selatan. Mata airnya bersumber dari Kepahiang, Bengkulu. Sungai ini juga merupakan muara sembilan anak sungai besar, yaitu Sungai Komering, Rawas, Batanghari, Leko, Lakitan, Kelingi, Lematang, Semangus, dan Sungai Ogan. Sungai Musi penting bagi masyarakat Palembang karena sebagai salah satu alternatif sarana transportasi. Hal ini telah dilihat dari banyaknya perahu motor yang mondar-mandir membawa penumpang yang ingin menyeberang.
Biasanya pengunjung telah berdatangan ke Objek Wisata Sungai Musi Palembang pada sore hari hingga malam hari untuk dapat menyaksikan matahari terbenam dan suasan malam yang diterangi lampu-lampu di sekitar sungai. Pada malam minggu atau malam liburan lainnya, biasanya jumlah pengunjung yang mengunjungi Jembatan Ampera dan sekitarnya akan lebih banyak.
Objek Wisata Sungai Musi Palembang telah menjadi tempat rekreasi untuk tua muda dan anak-anak, termasuk wisatawan dari luar kota Palembang. Dikawasan ini, Anda juga dapat menyaksikan rumah sakit, yaitu rumah tradisional khas Palembang. Pada hari-hari perayaan tertentu, misalnya Hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia, diadakan festival air, seperti perlombaan perahu bidar, kontes menghias perahu, perlombaan berenang menyeberangi sungai, dan lain-lain.
Disekitar Objek Wisata Sungai Musi Palembang, terdapat banyak penginapan dengan tarif yang berfariasi antara Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu. Sedangkan untuk keperluan makan, Anda tidak perlu bingung karena ditempat ini juga terdapat banyak rumah makan, baik yang ada di pinggir sungai atau di rumah terapung. Rumah-rumah makan tersebut juga telah menawarkan menu andalan, seperti pindang ikan patin yang merupakan makanan khas Pelembang.
Selain itu, di sekitar Objek Wisata Sungai Musi Palembang juga terdapat penjual kerupuk, pempek Palembang, dan kerajinan-kerajinan tangan, seperti songket dan kain jumputan. Di kawasan Jembatan Ampera, Anda juga dapat menyewa perahu motor dengan antara Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu rupiah, tergantung kelihaian Anda dalam melakukan tawar menawar.
Demikianlah Objek Wisata Alam Indonesia tentang Wisata Sungai Musi Palembang pada kesempatan kali ini.
Nepal’s Young Men, Lost to Migration, Then a Quake
Photo
Many bodies prepared for cremation last week in Kathmandu were of young men from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas.Credit Daniel Berehulak for The New York Times
KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.
Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.
“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”
Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.