Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari
Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. paket haji Ciputat
Polsek Lape Tengah menyelidiki kasus perusakan tempat tinggal SY yang terletak di Dusun Lape Atas, Kecamatan Lape, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Rumah SY yang telah dirusak oleh warga karena dicurigai jika dirinya adalah seorang dukun santet.
"Kecurigaan kalau SY itu dukun santet tidak terbukti. Akan tetapi massa sudah terlanjur merusak rumah dengan cara melempari menggunakan batu," kata Kapolsek Lape AKP Satrio , Selasa (18/3).
Saat perusakan itu terjadi pada Selasa (11/3) malam lalu, ujar pria yang akrab dipanggil dengan Yoyo, SY bersama istri dan lima orang anaknya juga sempat diamankan, karena dikhawatirkan akan berisiko terhadap keselamatan jiwanya.
Kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan antara SY dan warga, yang difasilitasi Kepala Desa Lape Johar Arifin. Dalam pertemuan itu telah terungkap kalau SY tidak pernah mengikuti kegiatan warga termasuk gotong-royong, sehingga memunculkan rasa antipati terhadapnya.
Namun persoalan gotong-royong, kata Yoyo, bukan menjadi ranahnya. Pihaknya juga akan menangani kasus yang berkaitan dengan tindak pidana.
"Kami juga sudah menerima laporan SY terkait dalam aksi perusakan dan telah ditindaklanjuti dengan mendatangi lokasi untuk melakukan olah TKP," ujarnya, seraya mengatakan surat panggilan telah dilayangkan kepada sejumlah saksi untuk dapat dimintai keterangannya pada Selasa (18/3) mendatang.
Disinggung keberadaan SY beserta keluarganya pasca perusakan itu, Kapolsek Lape telah menyatakan, untuk sementara ini menumpang di rumah salah seorang warga.
Sebelumnya, tempat tinggal SY dihujani batu oleh masyarakat pada Selasa malam. Aksi massa ini karena dipicu adanya isu kalau SY memiliki ilmu santet.
Untuk dapat menetralisir situasi Kades Lape beserta aparat kepolisian dan TNI terjun ke lapangan, sekaligus mengamankan terduga beserta keluarganya. Pertemuan pun digelar dengan menghadirkan SY.
Dalam pertemuan yang telah dihadiri sejumlah unsur itu, massa tetap meminta agar SY hengkang dari kampung tersebut.
Di lain pihak, SY telah membantah menganut ilmu hitam sebagaimana tuduhan warga. "Saya tidak menganut ilmu hitam dan saya berani bersumpah atas apapun, meski harus sumpah pocong sekalipun. Tudingan ini adalah fitnah," ujarnya.
SY juga mengaku tudingan ini telah dilaporkan kepada ketua RT dan kepala dusun (Kadus) serta ke Kapolsek Lape, Selasa sore. Namun malam harinya, sekitar pukul 21.00 Wita, rumahnya telah dihujani batu.
SY juga mengaku terpaksa angkat kaki dari dusun ini dan telah mengemasi seluruh barangnya, sebab rumah yang ditempatinya sudah hancur dilempari massa.
Gara-gara tak mau gotong royong, SY diisukan dukun santet
WASHINGTON — During a training course on defending against knife attacks, a young Salt Lake City police officer asked a question: “How close can somebody get to me before I’m justified in using deadly force?”
Dennis Tueller, the instructor in that class more than three decades ago, decided to find out. In the fall of 1982, he performed a rudimentary series of tests and concluded that an armed attacker who bolted toward an officer could clear 21 feet in the time it took most officers to draw, aim and fire their weapon.
The next spring, Mr. Tueller published his findings in SWAT magazine and transformed police training in the United States. The “21-foot rule” became dogma. It has been taught in police academies around the country, accepted by courts and cited by officers to justify countless shootings, including recent episodes involving a homeless woodcarver in Seattle and a schizophrenic woman in San Francisco.
Now, amid the largest national debate over policing since the 1991 beating of Rodney King in Los Angeles, a small but vocal set of law enforcement officials are calling for a rethinking of the 21-foot rule and other axioms that have emphasized how to use force, not how to avoid it. Several big-city police departments are already re-examining when officers should chase people or draw their guns and when they should back away, wait or try to defuse the situation
Police Rethink Long Tradition on Using Force