Setiap jamaah yang berangkat umroh atau haji khusus Call/Wa. 08111-34-1212 pasti menginginkan perjalanan ibadah haji plus atau umrohnya bisa terlaksana dengan lancar, nyaman dan aman sehingga menjadi mabrur. Demi mewujudkan kami sangat memahami keinginan para jamaah sehingga merancang program haji onh plus dan umroh dengan tepat. Jika anda ingin melaksanakan Umrah dan Haji dengan tidak dihantui rasa was-was dan serta ketidakpastian, maka Alhijaz Indowisata Travel adalah solusi sebagai biro perjalanan anda yang terbaik dan terpercaya.?agenda umroh 12 hari
Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang memfokuskan diri sebagai biro perjalanan yang bisa menjadi sahabat perjalanan ibadah Anda, yang sudah sangat berpengalaman dan dipercaya sejak tahun 2010, mengantarkan tamu Allah minimal 5 kali dalam sebulan ke tanah suci tanpa ada permasalahan. Paket yang tersedia sangat beragam mulai paket umroh 9 hari, 12 hari, umroh wisata muslim turki, dubai, aqso. Biaya umroh murah yang sudah menggunakan rupiah sehingga jamaah tidak perlu repot dengan nilai tukar kurs asing. biro travel umroh
PERCAKAPAN ANTARA RASUL & IBLIS...
Rasulullah (R) bertanya : “Apa
yg kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku hendak shalat?”
Iblis (I)
menjawab: “aku merasa panas dingin dan gemetar”
R: “kenapa?”
I: “Sebab setiap seorang hamba besujud1X kepada Allah, Allah mengangkatnya 1
derajat”
R: “jika seorang umatku berpuasa?”
I: “tubuhku
terasa terikat hingga ia berbuka”
R: “jika ia berhaji?”
I:
“aku seperti orang gila”
R: “jika ia membaca Al-Quran?”
I: “aku merasa meleleh laksana timah diatas api”
R: “jika ia
bersedekah?”
I: “itu sama saja org tsb m'belah tubuhku dgn
gergaji”
R: “mengapa bisa begitu?“
I: ”sebab dalam
sedekah ada 4 keuntungan baginya, yaitu :
1. Keberkahan dlm hartanya,
2.
Hidupnya disukai,
3. Sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dgn api
neraka,
4. Terhindar dari segala macam musibah akan terhalau dr dirinya,
R:
“apa yg dapat mematahkan pinggangmu?”
I: “suara kuda perang di jalan
Allah.”
R: “apa yg dapat melelehkan tubuhmu?”
I:
“taubat org yg bertaubat”
R: “apa yg dpt membakar hatimu?”
I: “istigfar di waktu siang & malam”
R: “apa yg dpt
mencoreng wajahmu?”
I: “sedekah yg diam2”
R: “apa yg
dpt menusuk matamu?”
I: “shalat fajar”
R: “apa yg dpt
memukul kepalamu?”
I: “shalat berjamaah”
R: “apa yg
paling mengganggumu”
I: “majelis para ulama”
R:
“bagaimana cara makanmu?”
I: “dengan tangan kiri dan jariku”
R: “dimanakah kau menaungi anak2mu di musim panas?”
I: “dibawah
kuku manusia”
R: “siapa temanmu wahai iblis?”
I:
“pezina”
R: “siapa teman tidurmu?”
I:
“pemabuk”
R: “siapa tamumu?”
I:
“pencuri”
R: “siapa utusanmu?”
I: “tukang sihir
(dukun)”
R: “apa yg membuatmu gembira?”
I: “bersumpah
dgn cerai”
R: “siapa kekasihmu?”
I: “org yg
meninggalkan Sholat Jum'at”
R: “siapa manusia yg paling membahagiakanmu
?"
I: “org yg meninggalkan shalatnya dgn sengaja”
Nepal’s Young Men, Lost to Migration, Then a Quake
Photo
Many bodies prepared for cremation last week in Kathmandu were of young men from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas.Credit Daniel Berehulak for The New York Times
KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.
Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.
“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”
Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.