MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISTA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

ITINERARY PEJALANAN UMROH PLUS CITYTOUR DUBAI 10 HARI

Saco-Indonesia.com - Tren operasi plastik memang sudah ada sejak dulu dan bertahan hingga sekarang. Bedanya, bagian yang menjadi target operasi kini lebih bervariasi.

"Kalau dulu operasi hidung, kantung mata, payudara, dagu banyak diminati, saat ini banyak juga yang minta dioperasi kelompak mata hingga alis," papar Guru Besar bidang bedah plastik rekonstruksi dan estetik dari FK UNAIR/RSUD Dr Soetomo, David Perdanakusuma saat ditemui Jumat (24/1/2014) di Surabaya.

Namun David mengakui, operasi hidung dan kantung mata tetap paling diminati. Operasi hidung, lanjut dia, kebanyakan diminati oleh orang-orang yang usianya relatif muda, sementara kantung mata umumnya diminati oleh orang-orang dengan usia relatif tua.

"Hidung orang Indonesia memang kebanyakan tidak terlalu mancung, tetapi justru itu khasnya. Jadi untuk diagnosis pasien operasi hidung, saya jadi menulis "hidung Indonesia" daripada "hidung kurang mancung"," jelas David, sedikit berseloroh.

Sementara itu, operasi kantung mata banyak diminati oleh orang-orang usia relatif tua karena biasanya problem kantung mata mulai timbul di atas usia 45 tahun. Kantung mata mereka biasanya mengendur dan operasi dapat mengencangkannya kembali.

Hak pasien

Menurut David, operasi bedah plastik, khususnya estetik adalah hak dari setiap pasien. Untuk terlihat lebih baik dari segi penampilan diputuskan sendiri oleh pasien, meskipun sebelumnya dokter juga tetap melakukan wawancara tentang alasannya.

"Jika pasien sudah dewasa dan sehat sebenarnya operasi bedah plastik estetik adalah hak pasien," katanya.

David menjelaskan, bedah plastik estetik adalah untuk membuat yang sudah normal menjadi lebih baik. Sedangkan ada pula bedah plastik rekonstruksi yaitu untuk membuat yang cacat mendekati normal.

 

Editor : Maulana Lee
Sumber : Kompas.com
 

 

Bagian "Favorit" Target Operasi Plastik adalah HiduKOMPAS.com - Tren operasi plastik memang sudah ada sejak dulu dan bertahan hingga sekarang. Bedanya, bagian yang menjadi target operasi kini lebih bervariasi. "Kalau dulu operasi ng dan Kantung Mata

WASHINGTON — During a training course on defending against knife attacks, a young Salt Lake City police officer asked a question: “How close can somebody get to me before I’m justified in using deadly force?”

Dennis Tueller, the instructor in that class more than three decades ago, decided to find out. In the fall of 1982, he performed a rudimentary series of tests and concluded that an armed attacker who bolted toward an officer could clear 21 feet in the time it took most officers to draw, aim and fire their weapon.

The next spring, Mr. Tueller published his findings in SWAT magazine and transformed police training in the United States. The “21-foot rule” became dogma. It has been taught in police academies around the country, accepted by courts and cited by officers to justify countless shootings, including recent episodes involving a homeless woodcarver in Seattle and a schizophrenic woman in San Francisco.

Now, amid the largest national debate over policing since the 1991 beating of Rodney King in Los Angeles, a small but vocal set of law enforcement officials are calling for a rethinking of the 21-foot rule and other axioms that have emphasized how to use force, not how to avoid it. Several big-city police departments are already re-examining when officers should chase people or draw their guns and when they should back away, wait or try to defuse the situation

Police Rethink Long Tradition on Using Force

Artikel lainnya »