JAKARTA, Saco-
Indonesia.com - Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan, bencana
hidrometeorologi yang didominasi banjir selama Januari-Mei 2013 menewaskan 252 jiwa. Sementara
itu, berdasarkan data Walhi, dalam periode sama tercatat 348 orang meninggal.
”Data BNPB itu bersifat sementara. Sesuai pengalaman, hasil penghitungan pada akhir
tahun jumlahnya bisa tiga kali lipatnya,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas
BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Senin (3/6/2013), di Jakarta.
Menurut Sutopo,
terdapat 573 kejadian bencana di seluruh Indonesia. Hampir 95 persennya bencana
hidrometeorologi banjir, longsor, puting beliung, dan gelombang tinggi.
Korban
terdampak dan mengungsi 512.080 orang, 30.525 rumah rusak, dan puluhan fasilitas umum seperti
sekolah dan rumah ibadah rusak. Banjir mendominasi, dari 573 kejadian, ada 212 banjir, 195
puting beliung, dan 138 longsor. Tanah longsor menyebabkan kematian paling banyak, yaitu 115
orang. Lalu, banjir 94 orang.
Manajer Penanganan Bencana Walhi Mukri Friatna
mengungkapkan, bencana hidrometeorologi tahun 2013 diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Dari 34 provinsi, tak satu pun bebas dari bencana hidrometeorologi.
”Walhi mendorong pemerintah berani menyatakan bahwa banyaknya bencana
hidrometeorologi akibat kerusakan lingkungan, ulah manusia. Bukan hanya karena curah hujan
ekstrem,” kata Mukri.
Data Walhi, lima bulan terakhir ada 776 bencana
melanda 3.846 desa/kelurahan di 1.584 kecamatan dan 311 kabupaten/kota. Sebanyak 348 orang
meninggal, 44 di antaranya karena pertambangan. Namun, banjir mendominasi (579), kemudian
longsor (129), banjir rob (36), dan lainnya.
Bencana dalam pendekatan
regional, di Sumatera tersering di Aceh, 44 kali bencana. Di Jawa, terbanyak di Jawa Timur (90).
Di Kalimantan, bencana terbanyak di Kalimantan Selatan (13). Di Sulawesi, bencana terbanyak di
Sulawesi Selatan (22). Di regional Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, bencana terbanyak di
NTT (30). (NAW)