MAU UMROH BERSAMA TRAVEL TERBAIK DI INDONESIA ALHIJAZ INDO WISATA..?

YOOK LANGSUNG WHATSAPP AJA KLIK DISINI 811-1341-212
 

ITINERARY PERJALANAN UMROH REGULER 10HARI JUMATAIN

Es teh atau Teh es adalah teh yang di dinginkan dengan es batu, es teh seringkali ditambahkan rasa seperti melati, dan buah-buahan seperti limun, ceri, dan arbei, atau susu. Es teh adalah minuman yang sering diminum saat siang hari karena suhu udara yang panas, di warteg, es teh sering diminum selain air dingin. Teh tarik adalah contoh dari es teh. Selain itu, beberapa merek juga menyediakan es teh, seperti Teh Botol, Frestea, dan Nu Green Tea.

Es teh sudah menjadi minuman favorit banyak orang, tak hanya di Indonesia tetapi juga banyak orang di berbagai negara. Ada beberapa keuntungan dan kerugian es teh bagi kesehatan. Apa saja?

Berbagai resep es teh berevolusi beberapa dekade untuk membuat minuman sehat. Meskipun tidak sesehat teh panas yang baru diseduh, es teh merupakan taruhan yang lebih aman dibandingkan dengan minuman soda. Es teh memberi hampir semua manfaat teh normal meski dalam jumlah yang lebih sedikit.

Berikut beberapa Manfaat dan Resiko minum es teh bagi kesehatan yaitu:


 

Manfaat Minum Es Teh:
1.Es teh tidak manis lebih bermanfaat daripada es teh manis. Es teh hijau akan memberikan semua manfaat dari teh hijau yang normal, selain menjadi minuman dingin menyegarkan.
2. Memilih es teh lebih aman ketimbang mengonsumsi minuman ringan bersoda.
3. Es teh mengandung beberapa antioksidan yang baik untuk tubuh kita. Antioksidan membantu mengurangi risiko stroke dan serangan jantung dan juga mengurangi kemungkinan kondisi peradangan.
4. Es teh seperti halnya teh panas, membantu dalam memerangi bau mulut dan plak.
5. Es teh telah terbukti membantu orang dengan tekanan darah tinggi, karena bertindak sebagai antibiotik.
6. Jika Anda memilih es teh hijau atau eteh oolong, maka ada lebih banyak manfaat teh dibandingkan dengan es teh hitam. Es teh seperti ini lebih baik untuk program penurunan berat badan dan untuk mencegah gigi berlubang, dibandingkan es teh biasa.

 

Resiko Minum Es Teh:
1. Es teh banyak mengandung oksalat, yang meningkatkan risiko batu ginjal ketika menumpuk di dalam tubuh. Jadi, terlalu banyak asupan es teh dapat meningkatkan risiko batu ginjal, jika tubuh tidak mampu memecah oksalat berlebih.
2. Es teh dalam kemasan mengandung nutrisi lebih rendah daripada es teh yang baru diseduh. Kandungan bahan aktif es teh botol juga lebih sedikit ketimbang es teh segar.
3. Es teh dalam kemasan mengandung kalori lebih banyak dari teh panas yang baru diseduh. Teh panas mengandung hampir nol kalori, sedangkan es teh kemasan mengandung antara 82-88 kalori.
4. Meskipun es teh mengandung sebagian besar manfaat yang akan Anda dapatkan dari teh panas normal, persentase dari bahan dan manfaat tersebut secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan teh panas.



Jadi, tidak ada perbedaan yang sangat besar antara kedua es teh dan teh panas. Anda dapat menikmati es teh di musim panas dan teh panas di musim hari dingin. Selama Anda menjaga asupan es teh dalam batasan normal dan terkendali, tidak ada efek berbahaya dari konsumsi es teh. Cobalah untuk memilih es teh tawar sebanyak mungkin.

Tips Membuat Es Teh Sehat:
1. Cobalah pilih teh hijau, dan teh putih ketika akan membuat es teh, bukan teh hitam normal. Es teh hijau dan es teh putih jauh lebih sehat daripada es teh hitam.
2. Rendam teh celup dalam air panas selama 4-5 menit untuk mendapatkan manfaat maksimum dari teh. Dengan cara demikian teh akan melepaskan semua polifenol yang berguna dan baik untuk kesehatan.
3. Es teh akan mengandung nutrisi lebih rendah daripada teh panas normal, sehingga sebaiknya minumlah es teh tawar atau tambahkan pemanis rendah kalori.
ES TEH
Photo
 
Many bodies prepared for cremation last week in Kathmandu were of young men from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas. Credit Daniel Berehulak for The New York Times

KATHMANDU, Nepal — When the dense pillar of smoke from cremations by the Bagmati River was thinning late last week, the bodies were all coming from Gongabu, a common stopover for Nepali migrant workers headed overseas, and they were all of young men.

Hindu custom dictates that funeral pyres should be lighted by the oldest son of the deceased, but these men were too young to have sons, so they were burned by their brothers or fathers. Sukla Lal, a maize farmer, made a 14-hour journey by bus to retrieve the body of his 19-year-old son, who had been on his way to the Persian Gulf to work as a laborer.

“He wanted to live in the countryside, but he was compelled to leave by poverty,” Mr. Lal said, gazing ahead steadily as his son’s remains smoldered. “He told me, ‘You can live on your land, and I will come up with money, and we will have a happy family.’ ”

Weeks will pass before the authorities can give a complete accounting of who died in the April 25 earthquake, but it is already clear that Nepal cannot afford the losses. The countryside was largely stripped of its healthy young men even before the quake, as they migrated in great waves — 1,500 a day by some estimates — to work as laborers in India, Malaysia or one of the gulf nations, leaving many small communities populated only by elderly parents, women and children. Economists say that at some times of the year, one-quarter of Nepal’s population is working outside the country.

Nepal’s Young Men, Lost to Migration, Then a Quake

Artikel lainnya »